Di kota Bengawan Solo ada sebuah kuliner unik namanya “Sate kere”. Sesuai namanya, sate kere dahulunya merupakan sajian kuliner bagi masyarakat yang tidak mampu membeli sate daging yang harganya relatif mahal. Nah, sebagai alternative untuk mengakalinya, nenek moyang kita dahulu menggunakan lemak sapi sebagai bumbu oles pada tempe gembus untuk bahan baku sate yang bisa ditusuk dan dibakar menjadi sebuah sate yang tak kalah nikmatnya dibanding dengan sate daging kambing maupun sate daging sapi.
Sebagai bahan
baku sate kere pun hanya ampas tahu atau biasa disebut dengan tempe gembus ada
juga yang menyebutnya tlembok. Selain tempe gembus biasanya ada pula tempe
kedelai dan jerohan sapi. Dengan bahan baku yang cukup murah dan dijangkau
kantong saku warga sekitar maka dahulu kuliner ini sangat cocok dengan kantong “kere”.
Sampai saat
ini, cara masak maupun cara penyajiannya nya tidak mengalami peberbedaan secara
signifikan karena sate kere masih tetap dijual di sudut-sudut kota dipinggiran
jalan dengan gerobak usang “sate kere” dan bahkan masih ada yang menjajakan
sate kere ini berkeliling dengan di “sunggi”. Nah, Justru yang membuat “sate
kere” ini menjadi kuliner yang antik
yang naik kelas yakni dari segi harga. Saat ini satu tusuknya bisa
mencapai harga 1.500 – 2.000 rupiah, itupun hanya gembus yang di olesi dengan
lemak sapi, belum lagi yang jerohan sapi bisa lebih dari 2.000 per tusuknya dan
1 tusuk hanya berisi 3 irisan.
Kuliner yang
satu ini bisa anda jumpai di sekitaran pasar legi, Solo, di sana masih ada satu
penjual sate kere dengan harga yang masih kere, 1 tusuk sate gembus masih
dihargai 500 rupiah dan untuk 1 tusuk jerohan sapi masih sekitar 1.500 rupiah
per tusuknya. Nah, Bagi anda pemburu kuliner antik ini silahkan berburu ya
0 comments:
Post a Comment